Wisata Pemberdayaan Menjelang Idul Kurban Bersama Dompet Dhuafa
Kami para blogger Jogja berfoto bersama kru jurnalis dari Jakarta dan Dompet Dhuafa pada acara Journey to JogjAgrowisata 2022. (dok. DD) |
Saya berangkat dengan mengendarai motor sendiri dari rumah saya yang ada di Wates Kulonprogo menuju tempat titik kumpul yang ada di daerah Jogonalan, Kasihan, Bantul. Setelah semua berkumpul, saya bersama teman-teman blogger dan beberapa jurnalis dari Jakarta memulai melakukan perjalanan ke titik lokasi pertama yang akan dituju yaitu Mina Padi, berlokasi di Sedayu, Bantul. Untuk menuju ke sana, kami naik mobil yang telah disediakan oleh tim. Sebelum menuju ke Mina Padi, kami mampir sarapan terlebih dahulu di Warung Makan Soto Pak Slamet, yang ada di jalan Ambar Arum, Mejing Kidul, Ambarketawang, Gamping.
Di warung makan tersebut, kami menikmati hidangan soto ayam kampung yang khas dengan kuah bening bercita rasa istimewa, sungguh sangat menyegarkan. Ditemani dengan segelas wedang jeruk anget alias minuman jeruk hangat, kami terasa cukup kenyang untuk melanjutkan perjalanan berikutnya yang akan ditempuh selama kurang lebih 1 jam karena jalan yang cukup padat kendaraan dan telah memasuki masa liburan sekolah serta di jalan Wates juga sedang ada proyek pengerjaan jalan, sehingga wajar saja jika perjalanan akan memakan waktu lebih lama.
Buat yang masih penasaran dengan Dompet Dhuafa Jogja, seperti apa dan bagaimana program pemberdayaan yang ada di Dompet Dhuafa, ikuti dan simak terus cerita perjalanan wisata saya bersama Dompet Dhuafa berikut ini yaa...
Program Mina Padi Sedayu Bantul
Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Mina Padi Sedayu, yang terletak di padukuhan Polaman Kelurahan Argorejo Kapanewon Sedayu Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Supervisor ekonomi Dompet Dhuafa Jogja, Nuryanto Harimurti, menjelaskan bahwa berjalannya program ini dimulai dengan pengenalan dan edukasi dari konsultan mina padi, Frans Hero Making. Setelah itu, Dompet Dhuafa hadir untuk memberi bantuan modal dan konstruksi lahan mina padi, dengan membuat kolam dalam dan saluran keliling sawah. Lokasi ini dipilih oleh Dompet Dhuafa untuk dibangun dan dikembangkan ekowisata karena teknik mina padi membutuhkan air yang harus ada sepanjang tahun dan lokasi ini termasuk strategis dan juga potensial untuk sektor wisata. Nah, area persawahan ini, sistem irigasinya tersambung langsung dengan Selokan Mataram yang airnya terus mengalir. Dompet Dhuafa sebagai lembaga kemanusiaan, terus berupaya meningkatkan kesejahteraan dan memberdayakan masyarakat Sedayu Bantul. Di wilayah ini sudah ada setidaknya 33 petani telah merasakan manfaat dari program pemberdayaan Mina Padi tersebut.
Dimulai sejak tahun 2021, program mina padi di Sedayu ini telah masuk empat kali masa tanam. Dompet Dhuafa berikhtiar untuk mensejahterakan masyarakat agar petani tidak hanya mendapat hasil dari padi saja, akan tetapi bisa beberapa produk sekali panen. Dengan teknik mina padi ini, petani mampu menghasilkan produk pertanian berupa beras yang sehat dan berkualitas serta mampu memanen ikan yang beragam, antara lain ikan nila, ikan mas dan lele. Kelebihan lainnya yaitu irit dari semua hal, termasuk lahan dan produksi atau pupuk yang sekarang harganya mahal.
85 persen hasil panen padi ini disebut menjadi konsumsi petani itu sendiri. Sisa hasilnya ada juga yang digunakan sebagai produk zakat fitrah yang diprogram oleh DD.
Teknik mina padi yang dikembangkan Dompet Dhuafa mempunyai konsep Tajarwo (Tanam Jajar Legowo) yang mampu memberikan keuntungan bagi petani, diantaranya:
1. Petani tidak perlu lagi pakai pupuk kimia, melainkan cukup dengan pupuk dari kotoran ikan yang dipelihara dalam petak sawah yang sama.
2. Tidak perlu lagi membutuhkan tenaga matun (tenaga pembersih rumput gulma karena rumput atau gulma tersebut sudah dibersihkan oleh ikan.
3. Ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan bagus, karena ekosistem alamiahnya terbentuk dengan baik. Bahkan ikan tidak harus selalu bergantung pada pakan pelet yang diberikan petani, karena ikan tersebut dapat mencari makan sendiri dari kehadiran padi yang membawa bahan pakan untuk ikan seperti plankton di petak sawah yang sama tersebut.
4. Panennya bisa berbarengan, sehingga petani bisa lebih untung karena mampu menghasilkan dua komiditi sekaligus yaitu padi dan ikan.
5. Hama tikus tidak akan masuk ke area sawah mina padi. Sedangkan hama regul/lingsang dapat diminimalisir dengan memasang jaring pengaman di area sawah mina padi tersebut.
Salah satu petani bernama Wagirun, menyebut kendala yang harus dihadapi saat awal program adalah keberadaan masyarakat yang mencari ikan yang mereka kembangbiakkan. Namun, dengan adanya tanda dan jaring di sekitar sawah serta edukasi, warga sekitarnya menjadi lebih bisa memahami.
"Kalau dulu awal memang kendalanya banyak yang mancing. Tetapi sekarang sudah banyak yang tahu. Warga sekitar juga melakukan mina padi dan tahu risikonya kalau misal dipancing orang", ujarnya.
Untuk hasil panen ikan, masyarakat dapat menjualnya di Pasar Ikan yang dibentuk oleh Dompet Dhuafa di lokasi yang sama maupun melalui secara daring melalui grup yang ada. Untuk hasil panen ikan, Wagirun juga menyebut tergantung dari tebaran ikan. Jika awal digunakan 10 kg, dalam tiga bulan hasilnya dapat mencapai 70 kg dan omzet sekali panen sekitar 500 ribu.
Dompet Dhuafa (DD) Farm Sentolo, Kulonprogo
Setelah dari Sedayu, kami langsung menuju ke Dompet Dhuafa Farm yaitu salah satu sentra ternak hewan kurban binaan Dompet Dhuafa yang berada di Kleben, Kaliagung, Sentolo, Kulonprogo. Peternakan hewan kurban lainnya yang ada di Jogja juga ada di daerah Pundong, Bantul. Saat ini, Dompet Dhuafa Farm Sentolo ada 900 ekor kambing dengan populasi kandang maksimal 1.400. Saya langsung menuju kandang dan melihat langsung kondisi kandang yang sangat bersih dan tertata rapi.
DD Farm Sentolo ini berdiri pada tahun 2021. Pada tahun tersebut, Dompet Dhuafa meminta untuk adanya pemberdayaan berbasis bisnis di wilayah Sentolo. "Dompet Dhuafa meminta untuk pemberdayaan berbasis bisnis. Tetap ada perputaran keuangan, tetapi semua keuntungan difokuskan untuk pemberdayaan", jelas Bambang Edi Prasetyo, Manager Program Dompet Dhuafa Yogyakarta. Dalam hal ini, dana zakat, infaq, shodaqoh dari umat yang dibayarkan ke Dompet Dhuafa dialirkan untuk memberdayakan masyarakat lewat berbagai usaha termasuk usaha peternakan ini.
Home Industry dan Budidaya Lidah Buaya di Nglipar Gunungkidul
Setelah istirahat, sholat dan makan siang, perjalanan kami lanjutkan dengan mengunjungi lokasi budidaya Aloevera (lidah buaya) yang berada di daerah Nglipar Gunungkidul. Menurut saya, tempat ini sangat menarik karena Jogja itu identik dengan makanan manis seperti Gudeg, namun kali ini masyarakat Nglipar justru membudidayakan lidah buaya yang belum banyak dilirik orang lain.
Awal mula budidaya lidah buaya ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Dan tidak disangka, kini membuahkan hasil yang luar biasa. Bahkan, budidaya lidah buaya ini menjadi ikon buah tangan dari Gunungkidul. Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara memburu oleh-oleh ini.
Adapun jenis produk yang dihasilkan dari budidaya lidah buaya ini antara lain: permen, keripik, minuman dan masih banyak aneka produk lainnya yang masih terus dikembangkan. Kalian tidak perlu khawatir akan kualitas rasanya serta harganya sangat terjangkau. Apakah kalian penasaran dengan produk ini? Kunjungi home industry dan budidaya lidah buaya di desa Jeruklegi, Katongan, Nglipar, Gunungkidul.
Seru banget, mom. Jadi semakin tau ya kinerja Dompet Dhuafa lebih luas lagi
BalasHapusIya betul mom, kinerja Dompet Dhuafa itu benar-benar nyata dan berkah.
HapusDompet DHuafa salah 1 lembaga amal favorit soalnya penyalurannya udah ke pelosok. Ikutan makin seneng liat berita ini, makin banyak orang di pelosok yg terbantu
BalasHapusIyah betul mom, penyalurannya semakin meluas dan tepat sasaran.
HapusMantap sekali programnya dompet duafa, bikin petani dan oeternak lokal berdaya
BalasHapusBetul, memang mantap Dompet Dhuafa itu.
Hapus